Sebagian besar warga Depok pasti mengetahui sebuah tugu yang berada di daerah tanah baru, Depok. Tugu itu terletak pada sebuah persimpangan jalan, sehingga jangan heran ketika tugu tersebut menjadi sebuah patokan untuk menunjukan wilayah Tanah Baru.
Namun, sedikit orang yang mengetahui apa sebenarnya Tugu tersebut, Tugu tersebut merupakan Tugu Gong Si Bolong. Dimana, terdapat replika Gong si Bolong diatas tugu tersebut. Gong si Bolong pun sekarang menjadi nama dari kelompok kesenian khas kota Depok. Tak tanggung tanggung kelompok kesenian ini pernah memenangkan juara 1 dalam pagelaran kesenian Jawa Barat Travel (img:318508954847479)
Ditemukannya Gong si Bolong
Sejarah Gong si Bolong ini pun tergolong unik, karena juga merupakan sebuah cerita/legenda dari masyarakat Depok. Monitor Depok, sebuah harian lokal kota Depok,pada tanggal 10 Juli 2008 pernah menuliskan artikel terkait sejarah munculnya Gong si Bolong ini.
Kisah ini di mulai abad ke 16, saat itu Kampung Tanah Baru masih lebih banyak hutan dan rawa, dimana penduduknya sangat sedikit dan umumnya bertani. Di Kampung Tanah Baru tersebut kerap kali terdengar bunyi-bunyian suara Gamelan di malam hari, namun ketIka sumber dari suara tersebut dicari tak satu pun orang yang dapat menemukannya.
Di tahun 1648, Seorang warga bernama Pak Jimin menemukan sumber bunyi tersebut, yang ternyata memang seperangkat gamelan. Namun ternyata tidak ada orang yang memainkannya. Lokasi penemuannya adalah di sekitar curug Agung di aliran sungai krukut. Pak jimin pun hanya sanggup membawa sebuah gong yang bolong di tempat pukulnya, gendang, dan bende. Ketika Pak Jimin kembali lagi bersama beberapa tetangganya untuk menggambil sisa perangkat gamelan itu, ternyata perangkat gamelan lainnya sudah raib. Ketiga alat music tersebut akhirnya diberi nama Si Gledek, karena bunyinya yang nyaring.
Menjadi Kesenian Khas Depok
Gong si Bolong, baru dilengkapi sehingga menjadi satu set gamelan yang bisa dimainkan ketika berada di tangan Pak Tua Galung (Pak Jerah). Pak jerah melengkapinya dengan satu set gendang, dua set saron, satu set kromong, satu set kedemung, satu set kenong, terompet, bende serta gong besar. Ini pula yang menandai terbentuknya Kelompok Kesenian Gong si Bolong.
Kelompok Kesenian ini ketika tampil menampilkan serangkaian pertunjukan antara lain ajeng, ngayuban, dan ngbing. Ajeng, adalah permainan gamelan khas Depok, yang dentumannya mirip gamelan Bali. Nayuban, merupakan penampilan tarian Khas asal tanah Baru, yang merupakan cikal bakal tarian doger karawang, dan jaipongan.
Berikut ini adalah silsilah kesenian Gong si Bolong yang bersumber dari H Holil (cucu dari H damong Putra dari Pak Tua Jimin tahun 1913)
1. Pak Tua Jimin (ciganjur)
2. Pak Anim (curug)
3. Pak Tua Galung (tanah baru)
4. Pak Saning (tanah baru)
5. Nyai Asem (tanah baru)
6. Pak Bagol (tanah baru)
7. Pak Buang Jayadi (tanah baru)
8. Pak Kamsa S atmaja (tanah baru)
9. Pak Buang Jayadii (tanah baru)
Kesenian Gong si Bolong, telah menjadi kesenian khas Depok. Terlepas benar atau tidak legenda penemuannya. Kesenian ini Patut lah dilestarikan sebagai salah satu kesenian khas dan budaya Depok.
Namun, sedikit orang yang mengetahui apa sebenarnya Tugu tersebut, Tugu tersebut merupakan Tugu Gong Si Bolong. Dimana, terdapat replika Gong si Bolong diatas tugu tersebut. Gong si Bolong pun sekarang menjadi nama dari kelompok kesenian khas kota Depok. Tak tanggung tanggung kelompok kesenian ini pernah memenangkan juara 1 dalam pagelaran kesenian Jawa Barat Travel (img:318508954847479)
Ditemukannya Gong si Bolong
Sejarah Gong si Bolong ini pun tergolong unik, karena juga merupakan sebuah cerita/legenda dari masyarakat Depok. Monitor Depok, sebuah harian lokal kota Depok,pada tanggal 10 Juli 2008 pernah menuliskan artikel terkait sejarah munculnya Gong si Bolong ini.
Kisah ini di mulai abad ke 16, saat itu Kampung Tanah Baru masih lebih banyak hutan dan rawa, dimana penduduknya sangat sedikit dan umumnya bertani. Di Kampung Tanah Baru tersebut kerap kali terdengar bunyi-bunyian suara Gamelan di malam hari, namun ketIka sumber dari suara tersebut dicari tak satu pun orang yang dapat menemukannya.
Di tahun 1648, Seorang warga bernama Pak Jimin menemukan sumber bunyi tersebut, yang ternyata memang seperangkat gamelan. Namun ternyata tidak ada orang yang memainkannya. Lokasi penemuannya adalah di sekitar curug Agung di aliran sungai krukut. Pak jimin pun hanya sanggup membawa sebuah gong yang bolong di tempat pukulnya, gendang, dan bende. Ketika Pak Jimin kembali lagi bersama beberapa tetangganya untuk menggambil sisa perangkat gamelan itu, ternyata perangkat gamelan lainnya sudah raib. Ketiga alat music tersebut akhirnya diberi nama Si Gledek, karena bunyinya yang nyaring.
Menjadi Kesenian Khas Depok
Gong si Bolong, baru dilengkapi sehingga menjadi satu set gamelan yang bisa dimainkan ketika berada di tangan Pak Tua Galung (Pak Jerah). Pak jerah melengkapinya dengan satu set gendang, dua set saron, satu set kromong, satu set kedemung, satu set kenong, terompet, bende serta gong besar. Ini pula yang menandai terbentuknya Kelompok Kesenian Gong si Bolong.
Kelompok Kesenian ini ketika tampil menampilkan serangkaian pertunjukan antara lain ajeng, ngayuban, dan ngbing. Ajeng, adalah permainan gamelan khas Depok, yang dentumannya mirip gamelan Bali. Nayuban, merupakan penampilan tarian Khas asal tanah Baru, yang merupakan cikal bakal tarian doger karawang, dan jaipongan.
Berikut ini adalah silsilah kesenian Gong si Bolong yang bersumber dari H Holil (cucu dari H damong Putra dari Pak Tua Jimin tahun 1913)
1. Pak Tua Jimin (ciganjur)
2. Pak Anim (curug)
3. Pak Tua Galung (tanah baru)
4. Pak Saning (tanah baru)
5. Nyai Asem (tanah baru)
6. Pak Bagol (tanah baru)
7. Pak Buang Jayadi (tanah baru)
8. Pak Kamsa S atmaja (tanah baru)
9. Pak Buang Jayadii (tanah baru)
Kesenian Gong si Bolong, telah menjadi kesenian khas Depok. Terlepas benar atau tidak legenda penemuannya. Kesenian ini Patut lah dilestarikan sebagai salah satu kesenian khas dan budaya Depok.
0 komentar:
Post a Comment